Ekonomi Bisnis Lifestyle

Jumat, 29 Agustus 2025 - 14:29 WIB

2 bulan yang lalu

logo

Nagita Slavina saat mengunjungi salah satu booth Basha Market 2025

Nagita Slavina saat mengunjungi salah satu booth Basha Market 2025

Usung Tema Labyrinth, Basha Market 2025 Jadi ‘Mak Comblang’ Kreator dan Brand Lokal

Surabaya | klikku.id – Setelah merayakan satu dekade tahun lalu, Basha Market kembali hadir dengan skala lebih besar dan konsep lebih segar.

Event kreatif yang selalu dinanti kalangan milenial dan Gen Z ini digelar selama 3 hari, Jumat – Minggu (29-31/8/2025) di Next Gen Multipurpose Hall, Ciputra World Surabaya, mengusung tema Labyrinth.

Tahun ini, Basha menyajikan pengalaman multi-sensori melalui empat instalasi imersif yang dipenuhi kilauan emas. Konsep Labyrinth dirancang layaknya perjalanan menyusuri lorong kenangan, mengeksplorasi memori, hingga refleksi diri.

Pengunjung diajak berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia dan masuk dalam ruang kontemplasi penuh makna.

Kolaborasi besar pun digelar. Basha menggandeng sejumlah kreator lokal populer, seperti Drew the Nimbus, Paulus Huy, Gwen The Corgi, Eric Noah, Robokitte, dan Raivan Yogiaman.

Mereka bekerja sama dengan puluhan brand yang tampil di Basha Market, menghasilkan produk kolaborasi yang unik. Mulai dari The Overtee, Tiny Soles, Antidot, Zojirushi, Sava Shoes, Populuca, Peculiar, Sleepy Sheep, Eunoia, Kooleet, Pita, hingga banyak lainnya.

Christie Erin, Co-Founder Basha, menyebut tahun ini menjadi momentum penting untuk kembali membuka ruang kolaborasi antara kreator dan brand.

“Kami ingin menjadi ‘mak comblang’ yang mempertemukan keduanya. Tantangannya bukan lagi sekadar soal kualitas produk, tapi sejauh mana brand bisa beradaptasi dengan kritisnya konsumen saat ini,” tegas Erin.

Menurutnya, konsumen kini jauh lebih sadar, kritis, dan digital-minded. Mereka tidak hanya melihat harga, melainkan nilai dan cerita di balik sebuah brand.

Suasana pameran Basha Market 2025 di Ciputra World Surabaya

“Yes! Inovasi memang penting. Tapi, bagaimana sebuah brand bisa menyampaikan cerita, proses, dan value, itu yang sekarang lebih menentukan. Apalagi Gen Z dan Gen Milenial cenderung memilih produk yang sesuai dengan identitas dirinya,” ungkapnya.

Sementara itu, Devina Sugono, selaku Co-Founder Basha menambahkan, Basha Market tidak hanya memberi ruang bagi brand dan kreator. Tetapi juga menciptakan multiplier effect bagi industri kreatif secara luas.

“Profesi-profesi pendukung seperti fotografer, fashion stylist, concept director, hingga studio foto, ikut kebanjiran order menjelang Basha. Dampaknya sangat terasa, bahkan venue penyewaan juga ikut terisi penuh,” tuturnya.

Devina menjelaskan, program-program khas Basha juga kembali hadir. Diantaranya Basha Haul hingga UGC Corner, yang melibatkan Key Opinion Leader (KOL) untuk mereview produk.

Ada pula program interaktif bersama host profesional yang mengulas story behind the brand dan menampilkan produk secara live streaming.

“Basha bukan sekadar event market. Ini sudah jadi ekosistem yang melibatkan banyak pihak, seperti brand, kreator, masyarakat, hingga profesi kreatif. Semua saling terhubung dan efeknya bisa dirasakan luas,” jelas Devina.

Ke depan, Erin dan Devina berharap Basha Market tetap menjadi pilihan utama bagi brand lokal dan masyarakat.

“Kami ingin Basha tumbuh lebih besar. Bisa terus memperkuat peran dalam industri kreatif lokal, serta menjadi wadah kolaborasi yang selalu bertumbuh,” tutup Erin. @Man