Kasuistika Peristiwa

Selasa, 7 Oktober 2025 - 20:29 WIB

1 bulan yang lalu

logo

Keluarga Korban Al Khoziny Minta Hukum Jalan, Soroti Aktivitas Cor Saat Santri Salat

Surabaya | klikku.id – Luka kehilangan belum kering. Tetapi, keluarga korban ambruknya mushola Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, mendesak agar proses hukum tetap berjalan. Mereka menilai ada unsur kelalaian manusia yang tak bisa diabaikan.

Fauzi, warga asal Madura yang kini tinggal di Depok, masih tak percaya empat keponakannya tewas dalam insiden itu. Putranya sendiri, Toharul Maulidi (16), santri kelas III SMP di pesantren tersebut, selamat meski sempat tertimpa reruntuhan.

“Jujur, kami sangat terpukul. Kehilangan empat keponakan dan hampir kehilangan anak sendiri, itu berat sekali,” ucap Fauzi dengan mata berkaca-kaca di RS Bhayangkara Surabaya, Selasa (7/10).

Ia mengaku heran dengan aktivitas konstruksi yang tetap berjalan, saat para santri sedang beribadah. “Waktu kejadian, katanya di atas ada aktivitas ngecor. Padahal di bawah anak-anak sedang sholat. SOP-nya dari mana itu?” ujarnya tegas.

Fauzi menegaskan, siapa pun yang lalai harus diproses secara hukum tanpa pandang bulu. “Kalau memang ada pelanggaran, harus ditindak. Jangan lihat status sosialnya. Hukum harus tegak,” katanya.

Meski belum menempuh jalur hukum secara formal, pihak keluarga berharap penyelidikan aparat tak menunggu proses identifikasi korban selesai.

Menurutnya, langkah proaktif perlu diambil untuk menghindari spekulasi liar yang sudah beredar di masyarakat.

“Kami ingin semua berbicara berdasarkan fakta. Jangan ada bias, jangan hanya asumsi,” tegasnya.

Hingga Selasa malam, proses identifikasi korban di RS Bhayangkara Surabaya masih berlanjut. Tragedi ambruknya musala Al Khoziny pada 29 September 2025 itu menewaskan belasan santri dan melukai puluhan lainnya. In.Joe.nesia