Kesehatan Peristiwa

Senin, 27 Oktober 2025 - 14:29 WIB

2 minggu yang lalu

logo

Mikroplastik Masuk ke Darah, Dosen UM Surabaya Ingatkan Ancaman Serius bagi Kesehatan

SURABAYA | klikku.id — Mikroplastik kini bukan hanya mencemari laut dan tanah. Partikel plastik berukuran superkecil itu sudah ditemukan di darah manusia.

Nurhidayatullah Romadhon, Dosen Biologi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, mengingatkan bahwa mikroplastik telah menjadi ancaman biologis yang nyata.

“Ini bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga isu kesehatan publik. Ukurannya lebih kecil dari partikel debu, sehingga bisa terhirup dan menembus jaringan paru-paru,” ujarnya, Senin (27/10).

Ia mengutip studi Winiarska dkk. (2024) dalam Environmental Research yang membuktikan partikel mikro dan nanoplastik dapat menembus sistem pernapasan, tertimbun di jaringan paru, bahkan masuk ke aliran darah. Mikroplastik juga ditemukan di hati, otak, dan plasenta manusia.

“Akumulasi mikroplastik bisa memicu peradangan, stres oksidatif, gangguan hormon, bahkan kerusakan DNA. Jika dibiarkan, risikonya bisa berujung pada penyakit kronis,” tambahnya.

Riset terbaru Ecoton bersama Fakultas Kedokteran Unair juga mengungkap temuan mengejutkan: udara di Gresik mengandung mikroplastik tertinggi di Indonesia.

Dalam penelitian singkat itu, ditemukan 76 partikel mikroplastik dalam 26 sampel darah, 117 partikel di air ketuban, dan 52 partikel dalam urin ibu hamil.

“Data ini bukan sekadar angka statistik, tapi peringatan keras bahwa udara yang kita hirup pun sudah tidak lagi bersih dari plastik,” tegas Nurhidayatullah.

Namun ia mengingatkan, riset lanjutan masih diperlukan untuk memahami variasi musiman, aktivitas industri, serta tingkat toksikologi mikroplastik secara lebih menyeluruh.

“Kita tidak boleh terburu-buru menyimpulkan tingkat bahayanya tanpa data biologis yang lengkap,” katanya.

Menurutnya, kampus punya peran penting dalam riset dan edukasi publik soal mikroplastik. Mahasiswa bisa dilibatkan meneliti partikel plastik di udara kampus dan lingkungan kota.

Kolaborasi dengan bidang desain komunikasi visual juga bisa memperkuat kampanye edukatif lewat infografis dan media sosial.

“Masih banyak yang mengira plastik hanya mencemari laut, padahal udara pun sudah tercemar. Mikroplastik ukurannya kecil, tapi dampaknya besar bagi keseimbangan hidup,” ujarnya.

Ia menutup dengan pesan, “Kita tak bisa lagi berhenti di ajakan ‘kurangi kantong plastik’. Harus dipikirkan dari hulu ke hilir, mulai dari pakaian sintetis, pembakaran sampah, hingga emisi industri yang jadi sumber polusi tak kasat mata.” In.Jo3.nwsia