Jombang | klikku.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak santri dan masyarakat menghidupkan kembali spirit jihad kebangsaan yang diwariskan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
Ajakan itu ia sampaikan saat menghadiri kick off Hari Santri Nasional 2025 di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Senin (22/9), bersama Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Menurut Khofifah, Hari Santri bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan momentum strategis memperkuat peran santri dalam pembangunan bangsa.
“Santri sejak dulu telah memberi kontribusi nyata bagi Indonesia, dari masa penjajahan, kemerdekaan, hingga saat ini. Mereka berjuang bukan hanya di medan perang, tapi juga dalam mengawal peradaban dan menjaga martabat kemanusiaan,” tegasnya, Selasa (23/9).
Ia mengingatkan, sebelum Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy’ari sudah mengeluarkan fatwa resolusi jihad pada 9 September 1945 yang menjadi pemicu perlawanan rakyat di berbagai daerah. Dari Tebuireng, semangat itu bergema ke seluruh penjuru negeri.
Hari Santri Nasional 2025 kali ini mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”. Tema tersebut, kata Khofifah, mencerminkan kontribusi fundamental santri di setiap fase sejarah Indonesia.
“Bagi santri, agama adalah mata air yang menginspirasi perjuangan menjaga kemanusiaan. Prinsip menjaga martabat kemanusiaan berarti menjaga Indonesia,” ucapnya.
Ia pun menekankan pentingnya menjadikan Hari Santri sebagai penguatan SDM pesantren. Menyongsong Indonesia Emas 2045, generasi santri emas harus disiapkan lebih komprehensif, berakar kuat pada nilai agama dan kebangsaan, serta siap menghadapi tantangan global.
Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam kesempatan yang sama menyebut Resolusi Jihad 1945 ibarat perang Badar. Dengan hanya bermodal bambu runcing, para kiai dan santri mampu melawan sekutu karena pertolongan Allah SWT.
“Itu jihad yang sebenar-benarnya, sebagaimana perintah Al-Qur’an,” kata Menag.
Ia juga menyinggung jumlah pesantren di Indonesia yang kini mencapai lebih dari 42 ribu dengan 9,8 juta santri. Jumlah itu, menurutnya, setara separuh penduduk Malaysia.
“Karena itu, pesantren diharapkan tidak hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga melahirkan perguruan tinggi berkelas dengan bidang keilmuan umum. Sehingga pesantren Indonesia bisa menjadi pusat peradaban Islam dunia di masa depan,” pungkasnya. R3D
