SURABAYA | klikku.id – Suasana religius dan semangat kebangsaan menyatu di halaman Masjid Al-Akbar Surabaya, Rabu (22/10/2025).
Ribuan murid dari Raudhatul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Akbar khusyuk mengikuti upacara Hari Santri Nasional (HSN) 2025.
Dalam upacara yang dipimpin langsung oleh Zainul Arifin, Ketua STAI Al-Akbar Surabaya, para santri diajak meneladani semangat Resolusi Jihad yang dikumandangkan KH Hasyim Asy’ari pada 1945. Menurutnya, semangat itu harus diterjemahkan ulang oleh santri masa kini di tengah era digital.
“Santri zaman sekarang tidak lagi berperang dengan senjata, tapi berjuang dalam perang nilai, moral, dan ideologi. Karena itu, santri harus melakukan jihad digital, menjadi cendekia yang berakhlak sekaligus pelopor inovasi berbasis iman,” tegas Zainul.
Ia menyebut tiga bentuk jihad santri di era modern, jihad ilmu (inovasi digital), jihad nilai (akhlak), dan jihad kebangsaan (hubbul wathon). Menurutnya, santri yang berjuang dalam bidang keilmuan, kebangsaan, dan kemanusiaan tidak perlu ragu, karena semua bentuk perjuangan itu akan mendapat ridha dan kemenangan dari Allah SWT, sebagaimana dijanjikan dalam Surah Al-Ankabut ayat 69.
Usai upacara, kegiatan dilanjutkan dengan khataman Kitab Ta’lim Muta’allim yang dibagi dalam 33 majelis di ruang utama masjid. Para peserta terdiri dari siswa, mahasiswa, serta guru dan dosen yang telah mondok minimal sepuluh tahun.
“Khataman kitab diselingi dengan sholawatan dan pembagian doorprize untuk menambah semangat para peserta,” ujar M. Djakfar, Kepala MTs Masjid Al-Akbar Surabaya.
Kegiatan HSN di masjid kebanggaan warga Surabaya ini turut diapresiasi oleh Syeikh Umar bin Muhammad Rajab Dieb, ulama asal Suriah, yang hadir dalam kesempatan tersebut.
“Saya kagum dengan bagaimana Masjid Al-Akbar membangun suasana spiritualitas yang hidup dan mendidik generasi berakhlak,” tuturnya.
Secara keseluruhan, peringatan HSN tahun ini diikuti sekitar 1.100 peserta, terdiri dari 220 siswa RA, 661 siswa MI, 99 siswa MTs, dan 120 mahasiswa STAI bersama para guru, dosen, serta komite sekolah.
Peringatan itu bukan sekadar seremoni, tapi juga pengingat bahwa santri tetap relevan di zaman digital—berjuang lewat ilmu, akhlak, dan cinta tanah air. In.Jo3.nwsia
