Internasional Pendidikan Peristiwa

Selasa, 28 Oktober 2025 - 19:28 WIB

3 minggu yang lalu

logo

Ciptakan Energi Hijau dari Limbah Sawit, Alumni UNAIR Raih Juara di Kompetisi Internasional

SURABAYA | klikku.id — Inovasi cerdas datang dari alumni Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Aidatul Fitriyah, lulusan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), sukses mengharumkan nama Indonesia, setelah meraih Juara 1 Best Paper di ajang bergengsi International Journal of Oil Palm (IJOP) Paper Competition 2025.

Kompetisi yang digelar Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit) bersama Masyarakat Perkelapa-sawitan Indonesia (MAKSI) ini diadakan secara hybrid di kampus IPB University.

Dari lebih dari 115 peserta dari berbagai negara seperti Indonesia, Sri Lanka, dan kawasan Afrika Timur, hanya sembilan finalis yang berhak mempresentasikan hasil risetnya. Dan Aidatul berhasil keluar sebagai juara utama.

Dalam risetnya berjudul “Zero-Waste Palm Oil Biorefinery System for Sustainable Aviation Fuel (SAF) Production”, Aidatul mengembangkan konsep biorefinery kelapa sawit tanpa limbah.

Ia merancang sistem yang mampu mengubah limbah sawit menjadi bahan bakar pesawat berkelanjutan (SAF) serta menghasilkan biochar, bioplastik, dan pupuk organik.

“Riset ini bisa menekan emisi gas rumah kaca hingga 72,4 persen dan mendukung target Net Zero Emission 2060,” terang Aidatul, Selasa (28/10).

Dengan memanfaatkan data dari lembaga internasional seperti IEA, IRENA, dan World Bank, Aidatul memodelkan prosesnya lewat Aspen Plus V14, dilengkapi analisis lingkungan dengan Life Cycle Assessment (LCA) dan kajian finansial melalui NPV, IRR, dan Payback Period.

Tak hanya berhenti di penelitian, Aidatul berharap temuannya bisa menjadi model nasional energi hijau untuk industri kelapa sawit dan mendorong pembangunan pilot plant biorefinery di Sumatra dan Kalimantan.

Ia meyakini hasil risetnya dapat membantu pemerintah dalam menerapkan kebijakan SAF blending mandate, yakni pencampuran bahan bakar pesawat dengan energi terbarukan.

“Ini bukan sekadar prestasi pribadi, tapi pembuktian bahwa riset dari Indonesia mampu bersaing secara global dan berkontribusi nyata bagi transisi energi,” ujarnya.

Menurutnya, kunci dari riset berkelanjutan adalah ketelitian metodologis dan kesabaran sistemik. “Sains tidak cukup berhenti di laboratorium. Ia harus berpijak pada realitas industri dan kebijakan publik,” tegasnya.

Capaian Aidatul sekaligus menegaskan bahwa inovasi hijau kini bukan sekadar jargon, tapi masa depan yang sedang dibangun oleh generasi muda Indonesia. @Man