Surabaya | klikku.id – Dedikasinya selama lebih dari empat dekade di dunia medis akhirnya berbuah penghargaan tertinggi.
Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen (UK) Petra, resmi dinobatkan sebagai Pelopor Ilmu Nyeri di Indonesia dalam ajang ISAPM Awards 2025.
Penghargaan bergengsi dari Indonesian Society of Anaesthesiology & Pain Management (ISAPM) itu diberikan kepada perempuan yang akrab disapa Prof. Rita, sebagai bentuk pengakuan atas dedikasinya mengubah cara pandang dunia medis terhadap nyeri.
“Selama ini nyeri hanya dianggap gejala. Saya ingin menunjukkan bahwa nyeri adalah ilmu tersendiri, yang melibatkan otak, sistem emosi, dan berbagai fungsi tubuh,” ujar Prof. Rita seusai menerima penghargaan di Jakarta.
Prof. Rita juga menerima Lifetime Achievement Award atas kiprahnya mengembangkan disiplin ilmu nyeri di Indonesia—penghargaan langka yang tidak diberikan setiap tahun.
Perjalanan panjangnya bermula dari disertasi doktoral tahun 1999 berjudul “Pengaruh Pendekatan Psikologis Prabedah terhadap Toleransi Nyeri dan Respon Ketahanan Imunologik Pasca Bedah.”
Penelitian tersebut menjadi yang pertama di Indonesia yang mengkaji keterkaitan antara aspek psikologis dan fisiologis dalam persepsi nyeri.
Hasil riset itu menjadi dasar bagi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk akhirnya mengakui “ilmu nyeri” sebagai bidang praktik mandiri, lengkap dengan Surat Tanda Registrasi (STR) dan izin praktik tersendiri.
Menurutnya, tantangan ke depan adalah menumbuhkan kesadaran di kalangan profesional medis dan masyarakat bahwa nyeri bukan sekadar gejala, tapi kondisi yang perlu ditangani serius.
“Kalau nyeri sampai mengganggu, misalnya membuat sulit tidur, itu berarti harus ditangani oleh dokter ahli nyeri,” tegasnya.
Sebagai langkah konkret, Prof. Rita berencana mendirikan Klinik Nyeri di UK Petra, yang akan menjadi pusat layanan terpadu berbasis riset. Klinik tersebut dirancang melibatkan dokter bersertifikat, psikolog, dan tenaga profesional lain dengan dukungan teknologi modern.
“Klinik nyeri ini akan menjadi model pendidikan sekaligus pelayanan komprehensif. Karena nyeri itu multidimensi—ada unsur fisik, emosi, dan psikologis,” ujarnya.
Prof. Rita menegaskan pentingnya memasukkan ilmu nyeri ke dalam kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia. Baginya, generasi muda dokter harus memahami bahwa memahami nyeri berarti memahami manusia secara utuh. @Man
