Surabaya | klikku.id – Musik kini bukan hanya urusan panggung dan hiburan. Di tangan industri kreatif, festival musik telah menjelma menjadi motor baru penggerak ekonomi dan pariwisata nasional.
Wakil Menteri Pariwisata RI Ni Luh Puspa menegaskan pentingnya strategi kolaboratif dalam mengembangkan wisata musik atau music tourism yang kini menjadi tren global.
Fenomena “gig tripping” — perjalanan wisata khusus untuk menonton konser — tengah melanda dunia dan menjadi peluang besar bagi Indonesia.
“Festival musik seperti Java Jazz, Prambanan Jazz, Synchronize, hingga Hammersonic sudah membuktikan kemampuan Indonesia menggelar event berkelas dunia. Dari dua event besar saja, dampak ekonominya signifikan terhadap PDB dan kesejahteraan masyarakat,” kata Ni Luh Puspa, Sabtu (11/10).
Ia menekankan, musik bukan sekadar hiburan, melainkan motor penggerak ekonomi kreatif dan sektor wisata yang melibatkan banyak pelaku, mulai dari UMKM, transportasi, hingga akomodasi.
Sementara itu, Reza Pahlevi, Asisten Deputi Event Daerah Kemenparekraf, menambahkan bahwa festival musik menjadi cara efektif mempromosikan potensi wisata daerah.
“Pemerintah pusat berperan memperkuat kolaborasi, mendukung promosi, serta menjaga keaslian dan keberlanjutan event budaya daerah,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari Silmy Karim, Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan. Ia mengungkapkan, Kemenkumham telah menerbitkan lebih dari 5.500 Visa Art and Performance sejak kebijakan ini diberlakukan pada 2023.
“Visa ini mempermudah musisi asing tampil di Indonesia. Dampaknya besar bagi ekonomi, transfer pengetahuan musik, dan gairah industri kreatif nasional,” jelasnya.
Dengan semakin banyak festival musik digelar, Indonesia semakin dekat menuju posisi sebagai destinasi wisata musik dunia—tempat di mana nada dan ekonomi berdendang selaras. R3d
